Opini Kasus Reuni 212



REUNI 212 masih menimbulkan polemik di kalangan tokoh-tokoh negara dan masyarakat umum. Salah satu tokoh yang memberikan pendapatnya terhadap acara yang digelar setiap tahun itu adalah Ketum MUI. Dilansir dari detik.com, Ma’ruf Amin mengkritik reuni 212 dengan mengatakan bahwa kegiatan tersebut bersifat agitasi.

Ma’ruf Amin mengkritik rencana Reuni 212 dan meminta agar acara tersebut tidak dihidupkan lagi. Menurutnya, acara tersebut tidak memperlihatkan materi tausiyah seperti umumnya. Sifatnya lebih ke agitasi.

Setelah aksi reuni 212 yang masih menjadi isu hangat di Indonesia, kebetulan saya salah dari sekian ribu penduduk Indonesia yang menyikapi aksi itu sebagai momen politik yang di bungkus dengan perayaan maulid nabi. Kebetulan aksi reuni 212 di tayangkan di televisi.

Dalam menyikapi aksi reuni 212 yang di selenggarakan di monas hari sabtu yang lalu. Saya rasa ada yang sependapat dengan saya bahwa aksi itu bukan murni karena agama, ada sedikit embel-embel politik. Lihat pada saat acara reuni 212 kebanyakan yang mengisi di panggung pejabat negeri ini, ada beberapa tokoh agama dan tokoh-tokoh ormas islam.

 Yang saya ingin tanyakan kenapa ormas islam yang lebih besar dari yang saya sebutkan tadi sebut saja NU dan Muhammadiyah yang notabenenya mempunyai massa lebih banyak malah tidak hadir dalam acara tersebut, apakah kedua ormas ini bukan bagian dari Islam yang mereka maksud?

Menurut dari kedua ormas islam muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama mereka mempunyai cara sendiri untuk mengatasi masalah ini. Lagi pula keutuhan dan kesatuan bangsa ini lebih penting. 

Aksi reuni 212 ini malah menimbulkan banyak pro kontra antar umat karna tidak semua umat islam menyetujuinya.
Namun aksi reuni 212 ini ada manfaat bagusnya, ormas-ormas yang tadinya berpendapat maulid dan pembacaan sholawat 
akhirnya dengan sendirinya mereka melakukan tradisi maulid yang di bawa walisongo pada abad ke 14.

Komentar